Secarik Cerita, Sejuta Impian
Kamis, 25 Desember 2014
Kamis, 11 Desember 2014
Mom Love You
Ibu...
Tiada kata yang mampu menggambarkan sosok sepertimu.
Semua kata indah adalah dirimu.
Tiada kilau mutiara yang mampu menandingi kilaumu
Tiada hangat yang mampu menandingi kehangatan kasihmu
Engkau adalah superheroku.
Saat suka maupun duka
Tangan itu adalah tangan yang tak pernah lelah menuntunku..
Kaki itu adalah kaki yang tak pernah letih mengiringiku.
Apa yang kau lihat, itu yang kulihat.
Apa yang kau dengar, itu yang ku dengar.
Yang baik bagimu adalah yang terbaik bagiku.
Cintamu bagai air yang megalir.
Tak pernah kering membasahi hati ini.
Maafkan aku, Ibu..
Kenakalanku, keras kepalaku, tangisku.
Tak pernah menjadi beban bagimu.
Ibu...
Maafkan anakmu ini
Tiada kata yang mampu menggambarkan sosok sepertimu.
Semua kata indah adalah dirimu.
Tiada kilau mutiara yang mampu menandingi kilaumu
Tiada hangat yang mampu menandingi kehangatan kasihmu
Engkau adalah superheroku.
Saat suka maupun duka
Tangan itu adalah tangan yang tak pernah lelah menuntunku..
Kaki itu adalah kaki yang tak pernah letih mengiringiku.
Apa yang kau lihat, itu yang kulihat.
Apa yang kau dengar, itu yang ku dengar.
Yang baik bagimu adalah yang terbaik bagiku.
Cintamu bagai air yang megalir.
Tak pernah kering membasahi hati ini.
Maafkan aku, Ibu..
Kenakalanku, keras kepalaku, tangisku.
Tak pernah menjadi beban bagimu.
Ibu...
Maafkan anakmu ini
Rabu, 03 Desember 2014
Senin, 03 November 2014
Yogyakarta (^_^)
Jogja and Sweet Memories
Akhirnya kembali menjejakkan kaki di kota yang penuh dengan kekhasannya ini untuk waktu yang cukup lama. Yuppss.. Menimba ilmu sebanyak-banyaknya untuk bekal pulang ke kampung halaman adalah tugas utamaku disini. Bertemu orang-orang baru dari berbagai daerah degan karakteristik yang mereka bawa masing-masing, membuatku kaya akan pengetahuan baru. Adaptasi, yaaa... adaptasi wajib dan harus aku lakukan disini. Bukan hal mudah untuk beradaptasi dengan Kota Budaya ini. Pemikiran bahwa kota ini sama dengan kota Surakarta adalah hal yang tidak tepat. Jogja memiliki daerah yang lebih luas dibandingkan Surakarta. Namun, memiliki orang-orang atau masyarakat yang hampir sama dengan Surakarta. Mereka yang mengedepankan tata krama, unggah-ungguh dan prinsip hidup yang kuat. Pengalaman hidup di kota Surakarta sedikit banyak membantu untuk memahami karakteristik masyarakatnya. Keramahan masyarakatnya memberi kesan yang mendalam untuk dibingkai dalam kenangan yang indah.
Hmmm... Bukan hal mudah untuk menjalani aktivitas ditempat yang baru dengan sedikit pengalaman yang ada. Mulai dari menghafal rute jalan sampai menemukan tempat-tempat unik yang sayang untuk dilupakan, adalah oleh-oleh termahal yang tidak bisa dibeli dimanapun. Tak jarang salah tempat, tersesat dan menemukan daerah baru adalah hal yang hampir sering sekali terjadi. Inilah hal yang menarik dari cerita petualangan di kota Budaya. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman yang tak disangka.
Banyaknya aktivitas yang dijalani mau tidak mau membuat jenuh dan menyita banyak waktu. Semua tugas pasti ingin diperhatikan (^_^). Tetapi, disela-sela kita mengerjaan tugas, sisakan waktu untuk sedikit menikmati hidup. Dan banyak orang bilang, mumpung ini di Jogja, ya.. Jogja, sayang sekali kalau hanya
duduk diam dirumah tanpa menjelajah ke tempat-tempat menarik disini.
Melakukan perjalanan disela-sela kesibukan menjadi agenda penting dan
wajib untuk dilakukan ketika waktu luang itu ada. Bersama siapa saja, sahabat, adik dan teman berbagi kenangan dikota Jogja. Menikmati semua tugas-tugas yang menumpuk dengan berbagi canda tawa bersama teman juga menjadi hal yang sayang untuk dilewatkan. Berbagi semangat dengan mereka adalah ritual wajib yang menyenangkan untuk dilakukan.
Ini baru tahap awal mengukir kenangan di kota Jogja. Perjalanan masih panjang dan masih banyak tempat dan kenangan yang sayang untuk dilewatkan. Terima kasih untuk inspirasi yang indah ini. #J.O.G.J.A
Minggu, 02 November 2014
Memahami Filsafat Dengan Caraku Sendiri
Entah apa yang membuat saya tiba-tiba teringat dengan kegiatan diawal perkuliahan bulan lalu. Sebuah diskusi dengan bahasan yang menarik mengenai Ontologi, dan Epistimologi. Berulang kali saya memikirkan keduanya. Apa hubungannya dengan Filsafat yang saya pelajari. Kemudian setelah membaca Elegi Menggapai Ada dan Elegi Menggapai Hakekat saya mencoba mengartikannya.
Ontologi adalah hakikat apa yang dikaji dalam filsafat. Didalamnya memuat tentang pemahaman tentang pengetahuan filsafat itu sebenarnya dan struktur filsafat. Ontologi memuat banyak sekali filsafat, hampir semuanya ada didalam kajian ontologi. Misalnya metafisika, antropologi, logika, estetika, etika, Filsafat Matematik, Filsafat Hukum dan banyak lagi yang lainnya.
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut
membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret atau nyata. Ontologi membahas
realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai
ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan
kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut
dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar
pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu
pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.
Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari suatu pengetahuan dengan
jalan melakukan pengamatan atau pun penelitian, kemudian peneliti atau
pengamat tersebut berusaha membuat penjelasan mengenai hasil pengamatan
atau penelitiannya tersebut. Dengan demikian, ilmu merupakan suatu
kegiatan yang sifatnya operasional. Jadi terdapat runtut yang jelas dari
mana suatu ilmu pengetahuan berasal. Karena sifat yang operasional
tersebut, ilmu pengetahuan tidak dapat menempatkan diri dengan mengambil
bagian dalam pengkajiannya.
Dijelaskan dalam www.wikipedia.org bahwa ontologi memiliki 2 sudut pandang dalam pendekatan realitas yaitu :
- Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
- Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Maka dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah bagian dari bidang filsafat yang mencoba mencari hakikat dari sesuatu.
Sedangkan Epistimologi sering disebut sebagai ilmu pengetahuan atau teory pengetahuan. Didalamnya memuat cabang filsafat yang
membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha
yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang
terdapat pada suatu obyek kajian ilmu.
Epistemologi dapat
didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau
sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Epistimogi memiliki obyek dan tujuan. Obyek Epistimologi adalah semua proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Tujuan epistimologi adalah timbulnya keinginan yang memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan.
Dalam wikipedia.org dijelaskan bahwa Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan
hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya
serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang
dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia
melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya;
metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode
kontemplatis dan metode dialektis.
Refleksi dari Perkuliahan Filsafat Ilmu yang diampu oleh Prof.Dr. Marsigit M.A
Selasa, 23 September 2014
Senin, 06 Oktober 2014
Kebenaran Dalam Filsafat
Banyak
hal yang tak terduga dalam filsafat, tetapi itulah kebenaran yang sesungguhnya
dalam filsafat. Banyak orang memberikan penililaian terhadap suatu hal hanya
pada kualitas 1, 2, 3 dan seterusnya. Pengetauan dimulai dengan rasa ingin
tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan
kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu
dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas
ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengkoreksi diri, semacam keberanian
untuk berterus terang, seberapa jauh kebenaran yang dicari telah kita jangkau,
1. Vitalisme,
merupakan kebenaran yang ditakdirkan. Manusia adalah mahkluk ciptaam Tuhan yang
sempurna. Namun, pada kesempurnaan itu terdapat kekurangan pada diri manusia. Manusia
tidak akan dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain karena semua unsur yang
ada di alam ini berpasang-pasangan. Ada pagi dan malam, laki-laki dan
perempuan, senang dan duka, serta banyak lagi yang lainnya. Manusia mengalami,
menghayati, dan merasakan terhadap sesuatu
serta dibekali dua hal yaitu fatal dan fital. Fatal adalah takdir atau
kodrat dan vital adalah potensi.
2. Metafisik,
adalah kebenaran yang tersembunyi yang berfilsafat. Seperti halnya diri dan jiwa
kita. Seekor predator tidak akan berpikir mendalam jika akan memangsa sesuatu.
3. Fiksionism,
adalah kebenaran dalam mimpi. Kebenaran yang tidak bisa direncanakan oleh
manusia, karena mimpi terjadi secara sintomatik (perwujudan dari pikiran
manusia sebelumnya yg terjadi dialam bawah sadar). Berbeda dengan kejadian
diruang dan waktu yang bisa direncanakan.
4. Konektifism,
adalah kebenaran karena hubungan. Usaha mencari hubungan dari yang ada dan yang
mungkin.
5. Korespondensi,
merupakan kebenaran karena kecocokkan. Pengalaman yang menjadikan manusia
merasa cocok satu dengan yang lainnya.
6. Koherensi,
merupakan kebenaran karena logika. Kebenaran logika tidak harus cocok. Misalnya
matematika, dalam perhitungannya tidak harus diwujudkan dalam kenyataan.
7. Naturalisme
atau filsafat alam, adalah kebenaran diwaktu lampau. Filsafat ini mengkaji
tentang benda-benda seperti langit, bumi, bulan dan sebagainya. Naturalisme adalah
filsafat pertama.
8. Representatif,
adalah kebenaran yang diwakilkan. Misalnya pemilihan pemimpin melalui pejabat
dibawahnya.
9. Holisism,
adalah kebenaran yang suci.
10. Perfecsionism,
adalah kebenaran dalam kesempurnaan. Keinginan untuk memiliki sesuatu yang
sempurna. Walaupun pada akhirnya tidak seperti yang diharapkan.
11. Idealism,
merupakan kebenaran yang dicita-citakan. Semua yang ada dipikiran kita yang
dicita-citakan adalah idealisme.
Sekarang
kita sadar bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dengan spekulasi. Dari
serangkaian sekulasi ini kita dapat memilih buah pikiran yang dapatdiandalkan
yang merupakan titik awal dari penjelajah pengetahuan. Tanpa menetapkan
kriteria apa yang disebut benarmaka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang
diatas dasar kebenaran. Tanpa menetapkan apa yang disebut baik atau buruk maka
kita tidak mungkin berbicara tentang moral. Demikian juga tanpa wawasan apa yng
disebut indah atau jelektidak mungkin kita berbicara tentang kesenian.
Selasa, 30 September 2014
Langganan:
Postingan (Atom)